Teguh Budi Prijanto dan Nia Yuniarti Hasan
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Risbinakes Poltekkes Bandung Tahun 2010
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Risbinakes Poltekkes Bandung Tahun 2010
Abstrak
Keadaan kesehatan di berbagai wilayah bervariasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan wilayah dan kualitas lingkungannya. Perbedaan antar wilayah, dalam hal perkembangan sosial ekonomi. kepependudukan, pencemaran lingkungan dan budaya an menimbulkan permasalahan kesehatan masyarakat yang berbeda. Mengingat masalah kesehatan selalu berubah sesuai dengan pola sosial ekonomi dan lingkungan, maka para pengembil keputusan dalam penyusunan kebijaksanaan dan program kesehatan perlu memperhatikan dan mengetahui data dan informasi tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan munculnya masalah kesehatan tersebut. Tujuan studi ini adalah melakukan
analisis secara spasial konsentrasi NO2 dan PM10 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung berdasarkan hasil pengukuran dan sebagai upaya meningkatkan kepedulian dan kemampuan pelaksana program di daerah agar mau dan mampu menanggulanginya. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di 5 (lima) wilayah Puskesmas di Kota Bandung dengan cara melakukan pengukuran/analisis tentang konsentrasi NO2 dan PM10 di udara pada 5 (lima) titik lokasi Pukesmas, serta kejadian penyakit ISPA pada Balita Puskesmas di wilayah Kota Bandung untuk kemudian dilakukan analisis dan pemetaan menggunakan software. Hasil penelitian menunjukkan pemetaan masalah pencemaran di Kota Bandung untuk parameter NO2 dan PM10 di beberapa wilayah sudah melebihi NAB. Hasil analisa parameter udara PM 10 dan NO2 di 5 (lima) titik Pukesmas di Kota Bandung untuk kadar PM10 menunjukkan rentangan antara 0,20 µg/m3 (PKM Caringin) sampai dengan 0,43 µg/m3 (PKM Puter) dengan kadar rata-rata 0,342 µg/m3 sedangkan untuk kadar NO2 menunjukkan rentangan antara 0,038 mg/m3 (PKM Ujungberung) sampai dengan 0,127 mg/m3 (PKM Kiaracondong) dengan kadar rata-rata 0,07 mg/m3. Puskesmas yang kedua parameter memenuhi persyaratan adalah PKM Ujungberung. Kejadian penyakit ISPA dapat diketahui dari hasil pemeriksaan/diagnosa dokter di 5 (lima) Puskesmas di kota Bandung. Hasil penelitian untuk status responden dari 350 responden yang berstatus sakit ISPA sebanyak 166 (47,4%) responden dan berstatus tidak sakit ISPA sebanyak 168 (52,6%) responden. Disimpulkan bahwa untuk kadar NO2 berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,144 sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kadar NO2 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung, demikian juga untuk kadar PM10 di udara berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,132 sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kadar PM10 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung. Akan tetapi bisa disimpulkan bahwa kadar NO2 dan PM10 di udara di Kota Bandung merupakan variabel yang potensial pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung (p < 0,25).
Kata Kunci : Analisa Spasial, NO2, PM10, ISPA
analisis secara spasial konsentrasi NO2 dan PM10 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung berdasarkan hasil pengukuran dan sebagai upaya meningkatkan kepedulian dan kemampuan pelaksana program di daerah agar mau dan mampu menanggulanginya. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di 5 (lima) wilayah Puskesmas di Kota Bandung dengan cara melakukan pengukuran/analisis tentang konsentrasi NO2 dan PM10 di udara pada 5 (lima) titik lokasi Pukesmas, serta kejadian penyakit ISPA pada Balita Puskesmas di wilayah Kota Bandung untuk kemudian dilakukan analisis dan pemetaan menggunakan software. Hasil penelitian menunjukkan pemetaan masalah pencemaran di Kota Bandung untuk parameter NO2 dan PM10 di beberapa wilayah sudah melebihi NAB. Hasil analisa parameter udara PM 10 dan NO2 di 5 (lima) titik Pukesmas di Kota Bandung untuk kadar PM10 menunjukkan rentangan antara 0,20 µg/m3 (PKM Caringin) sampai dengan 0,43 µg/m3 (PKM Puter) dengan kadar rata-rata 0,342 µg/m3 sedangkan untuk kadar NO2 menunjukkan rentangan antara 0,038 mg/m3 (PKM Ujungberung) sampai dengan 0,127 mg/m3 (PKM Kiaracondong) dengan kadar rata-rata 0,07 mg/m3. Puskesmas yang kedua parameter memenuhi persyaratan adalah PKM Ujungberung. Kejadian penyakit ISPA dapat diketahui dari hasil pemeriksaan/diagnosa dokter di 5 (lima) Puskesmas di kota Bandung. Hasil penelitian untuk status responden dari 350 responden yang berstatus sakit ISPA sebanyak 166 (47,4%) responden dan berstatus tidak sakit ISPA sebanyak 168 (52,6%) responden. Disimpulkan bahwa untuk kadar NO2 berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,144 sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kadar NO2 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung, demikian juga untuk kadar PM10 di udara berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,132 sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kadar PM10 dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung. Akan tetapi bisa disimpulkan bahwa kadar NO2 dan PM10 di udara di Kota Bandung merupakan variabel yang potensial pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA pada Balita di Kota Bandung (p < 0,25).
Kata Kunci : Analisa Spasial, NO2, PM10, ISPA
0 komentar: